Siang itu, tepatnya 5 November
2011 sepulang sekolah banyak siswa
yang membicarakan tentang sumur yang katanya angker. Karena penasaran akupun
langsung bertanya kepada salah seorang diantara mereka.
“Hei! Kalian sedang membicarakan
apa sih? Kayaknya seru banget”.
“Ini lho, kami
lagi bicarain tentang sumur yang ada di belakang sekolah, katanya sumur itu ada
hantunya”.
Dengan wajah tak percaya aku berkata “Emang zaman sekarang masih ada
hal begituan?”
“Kalau kamu tidak percaya, datangi
saja sumur itu dan buktikan perkataanku tadi”.
Diapun segera berlalu dari
hadapanku. Aku bertanya-tanya dalam hati “Apa benar sumur itu ada hantunya?”
Aku berencana akan mengajak teman-temanku mendatangi sumur itu besok.
Lonceng berbunyi menandakan telah usailah pelajaran kami
hari ini. Dengan tergesah-gesah aku merapikan alat tulisku dan keluar dari
kelas.
“Rani, Dini tunggu!”
“ada apa Cha?”
“Aku mau mengajak
kalian pergi ke belakang sekolah, melihat sumur tua”.
“Emang ngapain kamu mau ke sana?”
“Aku mau membuktikan perkataan anak
itu kemarin, dia bilang di sumur itu ada hantunya”.
Mereka berdua bengong. “Hei,
daripada bengong mending kita pergi sekarang”. Aku menarik tangan mereka berdua
dan segera berlalu dari halaman sekolah.
“Ini sumurnya?” tanya Dini.
“Sepertinya memang benar ini
sumurnya karena tak ada sumur lain di sekitar sini” Jawabku dengan yakin.
Sumur
ini memang sangat aneh, tak seperti sumur biasa yang ada air, tapi sumur ini
tak ada air juga terlihat sangat gelap, dindingnya dipenuhi lumut, dan terletak
di sekitar semak-semak belukar. Perjalanan menuju sumur ini pun sangat susah
dan jauh.
“Sepertinya sumur ini tidak pernah di rawat dan didatangi orang?”
kata Rani.
Kami mengamat-amati keadaan sekitar sumur itu. Tiba-tiba ada suara
yang mengagetkan kami. Kami terkejut dan sangat ketakutan lalu lari
meninggalkan sumur itu. Saat melarikan diri aku terpeleset dan jatuh ke lubang
yang berlumpur, teman-temanku menarikku dan membantuku berdiri, kamipun segera
berlari meninggalkan sumur itu.
“Huh, benar-benar
kejadian yang aneh” Gumamku dalam hati. Badanku terasa sakit semua karena
terjatuh tadi. Apalagi seragam sekolahku, hemm kotor sekali terkena lumpur.
Tapi aku tetap penasaran dengan sumur tua itu dan memutuskan akan mengajak
temanku mendatangi sumur itu lagi.
Pagi menjelang siang kira-kira pukul 09.30, aku pergi
menuju rumah temanku dan mangajak meraka mendatangi sumur itu lagi. Tapi tak
ada satupun dari mereka yang mau menemaniku.
“Ayolah, sekali ini saja, kita
datangi lagi tempat itu karena aku masih penasaran dengan sumur itu”.
“Kalau hal aneh terjadi lagi pada kita, siapa yang mau bertanggung jawab?”
Rani menbenarkan perrkataan Dini.
“Ayolah, sekali ini saja, kita selidiki lagi
tentang sumur itu”
“Ya dech, tapi kami nggak
mau mendekati sumur itu, aku hanya mau menemanimu di perjalanan saja”.
"Baiklah
tak apa."
Akhirnya aku berhasil membujuk mereka untuk mendatangi sumur itu lagi.
Selang beberapa menit, kami sudah sampai di belakang
sekolah, tapi temanku tetap saja tidak mau menemaniku melihat sumur itu. Baru
saja aku ingin melangkahkan kaki, ada kakek tua yang menegurku dan bertanya
“Sedang
apa kalian di sini? Apa kalian ingin mendatangi sumur itu?” aku sangat kaget
dengan kedatangan kakek tua itu.
“Eh. . . .kami ingin mendatangi sumur tua itu
kek”.
“Mengapa kalian ingin mendatangi sumur itu?
Sebaiknya kalian pulang saja, karena sangat berbahaya bagi anak seumuran kalian
mendatangi sumur itu”.
“Mengapa tidak diperbolehkan kek?”
“Karena
sumur itu angker”.
Kakek itupun menceritakan semuanya kepada kami bahwa dulu
pernah ada seorang wanita sangat malang. Dia mengakhiri hidupnya dengan
menjatuhkan diri ke dalam sumur itu. Dia sudah putus asa menghadapi segala
cobaan hidup. Semua orang tidak menyangka bahwa wanita lugu ini mengakhiri
hidupnya dengan bunuhdiri. Dan karena itulah arwahnya tidak diterima oleh bumi.
Dan banyak orang yang pernah melihatnya menagis di pinggir sumur itu. Maka dari
itu tidak ada lagi orang yang mau mengambil air di sumur itu lagi. Dan sampai
sekarang tempat itu dibiarkan oleh masyarakat menjadi tempat yang dipenuhi oleh
semak-semak belukar agar tidak ada lagi oleh asing yang datang ketempat itu.
Akhirnya aku mendapatkan jawaban atas kebingunganku selama
ini. Aku berharap agar tak ada lagi siswa yang memperbincangkan masalah itu
lagi. Dan aku juga berharap masyarakat mau menjaga dan merawat sumur itu juga
mengadakan syukuran terhadap sumur itu agar tak ada hal aneh lagi yang
terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar